Home » » PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

Written By Unknown on Kamis, 29 September 2016 | 12.22

PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

 

PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK

Menurut Dean AJ, Beaver KM (2007):
1.      Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik pasien dengan oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena. Diperlukan usaha untuk memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2.      Volume expansion
Jika tidak ada tanda volume overload atau edema paru, volume expansion dengan 100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba; hingga, baik perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak output.
3.                     Inotropic support
a.    Pasien dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg) dan kongesti pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik saat permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b.    Pasien dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80 mmHg) sebaiknya dirawat dengan dopamine.
c.    Pada dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit, stimulasi alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan vasokonstriksi perifer. Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit, dopamine meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan tambahan.
d.   Kombinasi dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik yang efektif untuk syok kardiogenik, meminimalkan berbagai efek samping dopamine dosis tinggi yang tidak diinginkan dan menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
e.    Jika dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat dicoba norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat. Dosis awal : 0,5-1 mikrogram/menit.

4.    Terapi reperfusi
Reperfusi miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan infark miokard akut dan syok kardiogenik.

Medikamentosa
1.      Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2.      Anti ansietas, bila cemas.
3.      Digitalis, bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4.      Sulfas atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5.      Dopamin dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6.      Dobutamin 2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
7.      Norepinefrin 2-20 mikrogram/kg/m.
8.      Diuretik/furosemid 40-80 mg untuk kongesti paru dan  oksigenasi jaringan.

B.     PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.      Elektrokardiografi (EKG)
Gambaran rekamana elektrokardiografi dapat menetukan etiologi dari syok kardiogenik. Etiologi terjadinya syok kardiogenik, maka dapat dilihat melalui rekamaan aktifitas listrik jantung tersebut.
2.      Foto Rontgen Dada
Pada foto polos dada akan terlihat kardiomegali, dan tanda-tanda kongesti paru atau edema paru pada gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi kompliikasi defek septal ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokart akut, akan tampak gambaran kongesti paru yang tidak disertai kardiomegali, tertutama pada onset infark yang pertama ksali. Gambaran kongesti paru menunjukan kemungkinan terdapat gagal ventrikel kanan yang domin atau keadaan hipovolemia.
3.      Ekokardiografi
Modalitas pemeriksaan yang non-invasif ini sangat banyak membantu dalam memmbuat diagnosi dan mencari etiologi dari syok kardiogenik. Pemeriksaan ini relative cepat, aman dan dapat dilakukan secara langsung di tempat tidur basien (bedside)  keterangan yang diharapakan dapat diperoleh dari pemeriksaan ini antara lain : peneilaian fungsi ventrikel kanan dan kiri ( global maupun sekmental), fungsi katup-katup jangtung (stenosi regugitasi), tekanan ventrikel kanan dan deteksi adanya shunt (misalanya pada defek septal ventrikel dengan shunt dari kiri ke kanan), efusi pericardial atau tamponade.
4.      Pemeantauan Hemodinamik
Penggunaan kateter Swan-Ganz untuk mengukur tekanan arteri pulmonal dan tekanan baji pembuluh kapiler paru sangat berguna, khususnya untuk memastikan diagnosis dan etiologi syok kardiogenik serta sebagai indicator evaluasi terapi yang diberikan. Pasien syok kardiogenik akibat gagal ventrikel kiri yang berat, akan terjadi peningkatan tekanan baji peru. Bila pada pengukuran ditemukan tekanan baji pembuluh darah paru lebih dari 18 mmHg pada pasien infark miokard akut menunjukan bahwa volume intravascular pasien tersebut cukup adekuat. Pasien dengan gagal ventrikel kanan atau hipovolemia yang signifikan, akan menunjukan tekanan baji pembuluh paru yang normal atau lebih normal atu lebih rendah. Pemantauan parameter hemodinamik juga membutuhkan perhitungan afterload  (resistensi ventricular sistemik). Minimalisasi afterload sangat diperlukan, karena bila terjadi peningkatan Afterload akan menimbulakan efek penurunan kontraktilitas yang aka menghasilkan penurunan curah jantung

5.      Saturasi Oksigen
Pemantauan saturasi oksigen sangat bermanfaat dan dapat dilakukan pada saat pemasangan kateter Swan-Ganz, yang juga dapat mendeteksi adanya defek septal ventrikel. Bila terdapat pintas darah yang kayaoksigen dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan makan terjadi saturasi oksigen vyang step-up bila dibandingkan dengan saturasi oksigen vena dari vena cava dan arteri pulmonal.

http://myexplore1.blogspot.co.id/2016/09/penatalaksanaan-syok-kardiogenik.html
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Partner Blog Copyright © 2017. Explore world - All Rights Reserved