PENATALAKSANAAN SYOK KARDIOGENIK
Menurut Dean AJ, Beaver
KM (2007):
1. Emergent therapy
Terapi ini bertujuan untuk menstabilkan hemodinamik
pasien dengan oksigen, pengaturan jalan nafas (airway control), dan akses intravena. Diperlukan usaha untuk
memaksimalkan fungsi ventrikel kiri.
2.
Volume
expansion
Jika
tidak ada tanda volume overload atau
edema paru, volume expansion dengan
100mL bolus dari normal saline setiap 3 menit sebaiknya dicoba; hingga, baik
perfusi yang cukup maupun terjadi kongesti paru. Pasien dengan infark ventrikel
kanan memerlukan peningkatan tekanan untuk mempertahankan atau menjaga kardiak
output.
3.
Inotropic
support
a. Pasien
dengan hipotensi ringan (tekanan darah sistolik 80-90 mmHg) dan kongesti
pulmoner, untuk hasil terbaik dirawat dengan dobutamine (2,5 mikrogram/kg berat
badan/menit, pada interval 10 menit). Dobutamine menyediakan dukungan inotropik
saat permintaan oksigen miokardium meningkat secara minimal.
b. Pasien
dengan hipotensi berat (tekanan darah sistolik kurang dari 75-80 mmHg)
sebaiknya dirawat dengan dopamine.
c. Pada
dosis lebih besar dari 5,0 mikrogram/kg berat badan/menit, stimulasi
alfa-adrenergik secara bertahap meningkat, menyebabkan vasokonstriksi perifer.
Pada dosis lebih besar dari 20 mikrogram/kg berat badan/menit, dopamine
meningkatkan ventricular irritability tanpa keuntungan tambahan.
d. Kombinasi
dopamine dan dobutamine merupakan strategi terapeutik yang efektif untuk syok
kardiogenik, meminimalkan berbagai efek samping dopamine dosis tinggi yang
tidak diinginkan dan menyediakan bantuan/dukungan inotropik.
e. Jika
dukungan tambahan untuk tekanan darah diperlukan, maka dapat dicoba
norepinephrine, yang berefek alfa-adrenergik yang lebih kuat. Dosis awal :
0,5-1 mikrogram/menit.
4. Terapi
reperfusi
Reperfusi
miokardium iskemik merupakan terapi yang efektif untuk pasien dengan infark
miokard akut dan syok kardiogenik.
Medikamentosa
1. Morfin
sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
2. Anti
ansietas, bila cemas.
3. Digitalis,
bila takiaritmi dan atrium fibrilasi.
4. Sulfas
atropin, bila frekuensi jantung < 50x/menit.
5. Dopamin
dan dobutamin (inotropik dan kronotropik), bila perfusi jantung tidak
adekuat. Dosis dopamin 2-15 mikrogram/kg/m.
6. Dobutamin
2,5-10 mikrogram/kg/m: bila ada dapat juga diberikan amrinon IV.
7. Norepinefrin
2-20 mikrogram/kg/m.
8. Diuretik/furosemid
40-80 mg untuk kongesti paru dan oksigenasi jaringan.
B. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Elektrokardiografi
(EKG)
Gambaran rekamana
elektrokardiografi dapat menetukan etiologi dari syok kardiogenik. Etiologi
terjadinya syok kardiogenik, maka dapat dilihat melalui rekamaan aktifitas
listrik jantung tersebut.
2. Foto
Rontgen Dada
Pada foto polos dada
akan terlihat kardiomegali, dan tanda-tanda kongesti paru atau edema paru pada
gagal ventrikel kiri yang berat. Bila terjadi kompliikasi defek septal
ventrikel atau regurgitasi mitral akibat infark miokart akut, akan tampak
gambaran kongesti paru yang tidak disertai kardiomegali, tertutama pada onset
infark yang pertama ksali. Gambaran kongesti paru menunjukan kemungkinan
terdapat gagal ventrikel kanan yang domin atau keadaan hipovolemia.
3. Ekokardiografi
Modalitas pemeriksaan
yang non-invasif ini sangat banyak membantu dalam memmbuat diagnosi dan mencari
etiologi dari syok kardiogenik. Pemeriksaan ini relative cepat, aman dan dapat
dilakukan secara langsung di tempat tidur basien (bedside) keterangan yang
diharapakan dapat diperoleh dari pemeriksaan ini antara lain : peneilaian
fungsi ventrikel kanan dan kiri ( global maupun sekmental), fungsi katup-katup
jangtung (stenosi regugitasi), tekanan ventrikel kanan dan deteksi adanya shunt (misalanya pada defek septal
ventrikel dengan shunt dari kiri ke
kanan), efusi pericardial atau tamponade.
4. Pemeantauan
Hemodinamik
Penggunaan kateter
Swan-Ganz untuk mengukur tekanan arteri pulmonal dan tekanan baji pembuluh
kapiler paru sangat berguna, khususnya untuk memastikan diagnosis dan etiologi
syok kardiogenik serta sebagai indicator evaluasi terapi yang diberikan. Pasien
syok kardiogenik akibat gagal ventrikel kiri yang berat, akan terjadi
peningkatan tekanan baji peru. Bila pada pengukuran ditemukan tekanan baji
pembuluh darah paru lebih dari 18 mmHg pada pasien infark miokard akut
menunjukan bahwa volume intravascular pasien tersebut cukup adekuat. Pasien
dengan gagal ventrikel kanan atau hipovolemia yang signifikan, akan menunjukan
tekanan baji pembuluh paru yang normal atau lebih normal atu lebih rendah.
Pemantauan parameter hemodinamik juga membutuhkan perhitungan afterload (resistensi ventricular sistemik).
Minimalisasi afterload sangat
diperlukan, karena bila terjadi peningkatan Afterload
akan menimbulakan efek penurunan kontraktilitas yang aka menghasilkan
penurunan curah jantung
5. Saturasi
Oksigen
Pemantauan saturasi oksigen sangat
bermanfaat dan dapat dilakukan pada saat pemasangan kateter Swan-Ganz, yang
juga dapat mendeteksi adanya defek septal ventrikel. Bila terdapat pintas darah
yang kayaoksigen dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan makan terjadi saturasi
oksigen vyang step-up bila
dibandingkan dengan saturasi oksigen vena dari vena cava dan arteri pulmonal.
http://myexplore1.blogspot.co.id/2016/09/penatalaksanaan-syok-kardiogenik.html
http://myexplore1.blogspot.co.id/2016/09/penatalaksanaan-syok-kardiogenik.html
0 komentar:
Posting Komentar